Selamat datang kembali di blog Kampus Virtual, bagaimana kabar Anda hari ini? Admin doakan semoga sehat selalu. Pada artikel kali ini Kampus Virtual mempunyai pembahasan yang sangat menarik mengenai pembelajaran di balik film Aladdin. Pasti kalian sudah pernah menonton film Aladdin, baik itu versi animasi maupun versi 2019 yang beberapa bulan lalu tayang di bioskop.
Film Aladdin bercerita tentang kisah seorang pemuda miskin bernama Aladdin. Saking miskinnya dia sama sekali tidak memiliki harta berharga apapun kecuali hewan peliharaan seekor monyet yang bernama Abu. Suatu hari Aladdin dan Abu berhasil menemukan harta karun berupa lampu ajaib. Lampu ajaib ini ketika digosok akan mengeluarkan jin yang bisa mengabulkan keinginan apapun.
Singkat cerita Aladdin jatuh cinta sama Putri Jasmine. Berhubung menurut aturan kerajaan tuan putri hanya boleh menikah dengan pangeran, jadilah Aladdin meminta kepada jin untuk dijadikan seorang pangeran. Si jin biru pun mengabulkan permohonan Aladdin. Bimsalabim abrakadabra dalam sekejap Aladdin berubah menjadi Pangeran Ali yang super kaya, mapan, tampan, muda, bergelimang harta, punya beratus-ratus unta, gajah, pengawal, dayang, dan masih banyak lainnya.
Dalam bayangan Aladdin, Putri Jasmine dan Sultan akan kagum dan hormat jika dia menjadi pangeran. Sayangnya sejak menjadi pangeran, Putri Jasmine justru ilfeel dan menjauh karena sikap pangeran Ali yang kikuk dan minderan. Di tengah kegalauan Aladdin, si jin biru pun menasehatinya “Saya membuat Anda terlihat seperti seorang pangeran dari luar, tetapi saya tidak mengubah apa pun di dalam”. Menjadi pangeran Ali memang mengantarkan ke pintu istana, tapi untuk membuka pintu hati Jasmine, berpenampilan seperti pangeran saja tidak cukup.
Dari kisah Aladdin kita bisa ada dua pelajaran yang bisa kita petik. Pelajaran pertama, jadilah diri sendiri. Berpura-pura terlihat seperti pangeran itu tidak serta-merta membuat Aladdin menjadi pangeran yang nyata. Begitu juga dengan berpura-pura menjadi kaya tidak akan membuat Anda benar-benar menjadi kaya. Jadi, daripada berusaha terlihat kaya ada baiknya berusaha agar menjadi benar-benar kaya. Sama-sama usaha, sama-sama capek, yang satu pencitraan yang satu kenyataan. Kamu pilih yang mana, pencitraan atau kenyataan?
Silahkan berikan tanggapan dan komentar Anda di kolom komentar. Sebenarnya masih ada beberapa pembelajaran di balik film Aladdin yang belum dan akan Kampus Virtual bahas, tetap nantikan artikel selanjutnya. Jika kamu menyukai artikel seperti ini silahkan like dan share artikel ini, terimakasih sudah membaca sampai akhir artikel ini. Admin doakan semoga sehat selalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar